Kamis, 03 November 2011

Persamaan Daeng


This is a Java Applet created using GeoGebra from www.geogebra.org - it looks like you don't have Java installed, please go to www.java.com

This is a Java Applet created using GeoGebra from www.geogebra.org - it looks like you don't have Java installed, please go to www.java.com
<applet name="ggbApplet" code="geogebra.GeoGebraApplet" archive="geogebra.jar"
    codebase="http://www.geogebra.org/webstart/3.2/unsigned/"
    width="6" height="23"mayscript="true">
    <param name="ggbBase64" value="UEsDBBQACAAIAFYJYz8AAAAAAAAAAAAAAAAMAAAAZ2VvZ2VicmEueG1s3VdRj9s2DH5ef4Wgh2FbcYntJNccFl+RdS+H3tYC6fqwhwGyzdhaZMmV5JyTXz9Ksh33tkM7YMC25kUSSVMkP5JiNi+7WpAjaMOVTGk8iygBmauCyzKlrd1frenL22ebElQJmWZkr3TNbEoXs4Q6estvn321MZV6IEx4kfccHlK6Z8IAJabRwApTAdiP6KztuOBMn95kv0NuzYURlNzJprUjMa+Le27wbHULdO5vbAS3P/IjL0ATofKUXq/Qdty9B215zkRKl1GgJClNHjGRtHDcSml+VtI68YtywTIQGIGdPQkg5Oi4i8DaozAhhp8Bo5U42mbug7CBNhe84Ew6R72JKETIAy9sldIXyzXeBrys0I3lKg7acqV0sTsZCzXpfgWtUnqVvEgcCqf+GEfX7mjQaLxyFXne9OQVwXEH1qLJhrAOTO8MKTUvxii6w535QYkLqVFc2lessa32gC96knc8pXiVdhZvZSmgp8UIRwX5IVPdLkRhEVS/OzX+E29PVr5SQmmiXehXKNCvWVi9jDN0lIq8TOQleh1O6ciPbxIv4dcsrAErLoNpvePx4HUcDddwQxzBRRHzdIiNBzmllLSS2/vhgNlxuHjq5H9u6wzrY5ofo8r4H1K5mT/Kns0BtAQRckQisK1qTUjEAJ23o4Cc13gMjD4gzIH1CxoQqAWUGga7Q3GFcHluNM3DR+TNfDDC2WDQ1txil0B/rPPlLXrAasYked2yQjPrqtpiQTmfC2ZRhDrdD0offAN4B50lLFNH5NzJkktSY5VVzJIGZMl0W5GGaVRpQc8QZBAust4SEFADFp71OSbbGjTPx3gzfw8a3vbmx0NZ+L6kfIt5hNEFTGQ/kYXYjJqK4W4WD33hhN1mGjiv7SdVDBf31wrflmqOLfVq5Sq2Zh2Wq9uxzCjRWtjlCIu8VzmzvvUG6/puEUe+zjvX1XzBY2n6zZ53cCnfJ7rXWBG2wtSTYIxLjj54Q1VIzBwPJzafJviI3RogZPUgSxr02beGMe0wVwMan8Ql+4JxWUc9Luv/Hy75F4zLzYBLnKz/i8B0OBAZN2wNgW1w4OpQ34mkhJHvSPfbN/j+f0uek8ydcEXg/twDsSNPEG3oZ/vxNMSTh2WK8fB+48ziYHbLiHP0mThHfyPQOCOBPKJ5ShtCuijcQ05RP56eh00Xu/HI8+Je6BxPkhnh0rwj22gQ2w5i22QkLQbSEknRDF3drhypn1HggwwGm/CAI1SC59x+GleLr13cY/v1h1bZ79uMVURywTgCXeC72YDG148fwtaxmZQnhq9gwcih1UcWPvyLJ9Bppx9f9W+DayzT9q2bHokrxHh2g/P35Lf0ZbmcXSPg5xGmaRDn0zHDD9b9v47bPwBQSwcIhfQ1+woEAACnDAAAUEsBAhQAFAAIAAgAVgljP4X0NfsKBAAApwwAAAwAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGdlb2dlYnJhLnhtbFBLBQYAAAAAAQABADoAAABEBAAAAAA="/>
    <param name="image" value="http://www.geogebra.org/webstart/loading.gif"  />
    <param name="boxborder" value="false"  />
    <param name="centerimage" value="true"  />
    <param name="java_arguments" value="-Xmx512m -Djnlp.packEnabled=true" />
    <param name="cache_archive" value="geogebra.jar, geogebra_main.jar, geogebra_gui.jar, geogebra_cas.jar, geogebra_export.jar, geogebra_properties.jar" />
    <param name="cache_version" value="3.2.47.0, 3.2.47.0, 3.2.47.0, 3.2.47.0, 3.2.47.0, 3.2.47.0" />
    <param name="framePossible" value="false" />
    <param name="showResetIcon" value="false" />
    <param name="showAnimationButton" value="true" />
    <param name="enableRightClick" value="false" />
    <param name="errorDialogsActive" value="true" />
    <param name="enableLabelDrags" value="false" />
    <param name="showMenuBar" value="false" />
    <param name="showToolBar" value="false" />
    <param name="showToolBarHelp" value="false" />
    <param name="showAlgebraInput" value="false" />
    <param name="allowRescaling" value="true" />
This is a Java Applet created using GeoGebra from www.geogebra.org - it looks like you don't have Java installed, please go to www.java.com
</applet>

Penerapan Keterampilan Dasar Mengajar Pada Pembelajaran Matematika


PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
GURU MATEMATIKA MTS DALAM WILAYAH KERJA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MAKASSAR
Japar*
Abstrak: Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru matematika MTs, (2) mengetahui penerapan  keterampilan dasar mengajar guru matematika MTs.
     Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru yang professional seorang guru wajib menguasai delapan keterampilan dasar mengajar, yaitu: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa: (1) Kategori Kurang Terampil (55 – 69). Jumlah responden yang memperoleh skor antara (55 – 69), sebanyak 4 orang responden, (2) Kategori Cukup Terampil (70 – 84). Jumlah responden yang memperoleh skor antara (70 – 84), sebanyak 19 orang responden, dan (3) Kategori Terampil (85 – 100). Jumlah responden yang memperoleh skor antara (85 – 100), sebanyak 7 orang responden. Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV dan pengamatan (observasi) yang dilaksanakan pada saat micro teaching terhadap peserta diklat guru mata pelajaran matematika MTs dalam wilayah kerja balai diklat Keagamaan Makassar menunjukkan bahwa penerapan keterampilan dasar mengajar berada pada kategori cukup terampil (80,09 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menerapkan keterampilan dasar mengajar berada pada kategori cukup terampil.
A.       Latar Belakang Masalah
Manusia yang berkualitas merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Negara-negara yang maju seperti Amerika, Inggeris, Jerman, Prancis, Rusia, China, Jepang, Korea Selatan, Singapura sampai malaysia telah menjadikan pendidikan sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan bangsanya. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.
Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah/madrasah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah/madrasah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah/madrasah.
Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yang pada hakikatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern berdasarkan Pancasila, maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan.
Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu, kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan Hisyam, dalam Riduan:355)
Keberadaan matematika diakui memang sangat penting sehingga matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, tetapi sebagian besar siswa beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari. Sehingga tidak jarang siswa yang semula menyenangi pelajaran matematika, beberapa bulan kemudian berubah sikapnya menjadi tak acuh. Hal ini, mungkin disebabkan oleh cara guru mengajar tidak cocok. Guru menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang secara kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti siswa
Guru yang baik, dalam mengajar selalu mempertimbangkan keefektifan setiap pendekatan mengajar yang dipakainya, tidak mendominasi kelas, dan pengajaran selalu diarahkan agar supaya berpusat pada siswa. Sehingga siswa menjadi aktif, gembira dan senang belajar matematika. Di lain pihak oleh karena waktu yang disediakan untuk bidang matematika terbatas, sedang bahan-bahan ajar yang harus diselesaikan sudah ditetapkan, guru harus pula memperhatikan kesiapan mental siswa dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar agar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikehendaki sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Agar guru berhasil baik dalam mengajar matematika, selain yang telah diuraikan di atas, guru harus memahami apa itu matematika dan apa itu matematika sekolah, dan apa tujuan pengajaran matematika. Hal lain yang harus dipahami oleh guru adalah unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam pengajaran matematika, serta beberapa keterampilan dasar mengajar  matematika
Agar supaya pembudayaan menalar dapat dicapai, disamping penyajian materi ajar (baik di dalam kelas maupun dalam buku ajar) perlu diupayakan agar benar-benar diarahkan kepada penataan nalar, penerapan keterampilan-keterampilan mengajar yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan matematika. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro (micro teaching)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Keterampilan Dasar Mengajar  Guru Matematika MTs. (Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Matematika MTs. Pada Balai Diklat Keagamaan Makassar)
B.        Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas,  maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana penerapan keterampilan dasar mengajar guru matematika MTs.? Rumusan masalah penelitian tersebut, dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.         Keterampilan-keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mengajar matematika?
2.         Bagaimana penerapan keterampilan dasar mengajar guru mata pelajaran matematika MTs pada Diklat Guru mata pelajaran matematika MTs Tingkat Dasar?
C.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang keterampilan mengajar peserta diklat guru mata pelajaran matematika MTs. Dalam wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru matematika MTs
2.      Penerapan keterampilan dasar mengajar guru matematika MTs.
D.       Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:
1.      Sebagai masukan bagi guru-guru untuk dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan proses pembelajaran
2.      Sebagai masukan bagi stakeholder untuk melakukan pengembangan dan pembinaan bagi guru-guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) ataupun pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang guru

KAJIAN PUSTAKA
A.       Guru Profesional
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga professional akan diberikan manakala guru memiliki antara lain kualitas akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan (pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus “diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat” (pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (pasal 10 ayat (1)). Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud pada undang-undang tersebut meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional” (pasal 10 ayat (1))
B.        Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) atau Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional yaitu keterampilan yang bersifat generik atau yang harus dikuasai oleh setiap guru, terlepas dari tingkat kelas dan mata pelajaran yang diajarkan
Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) merupakan keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterangan yang jumlahnya sangat banyak,. Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, terdapat 8 KDM yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
            Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Berikut diuraikan delapan keterampilan tersebut dan cara menggunakannya agar tercipta pembelajaran yang kreatif, profesional, dan menyenangkan. Urutan penyajian dilakukakan sesuai hasil penelitian Turney berkaitan dengan kepentingan dan dominasinya dalam pembelajaran.
a.       Keterampilan Bertanya
Menurut Sugeng Paranto (1979: 41-54) menyebutkan dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelantaran yang tepat akan, yaitu: (1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan, (3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa ytang bersangkutan, sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, (4) Menuntun proses siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu jawaban yang baik, (5) Memusatkan perhatian siswa terhdap masalah yang sedang dibahas
b.      Keterampilan Memberi penguatan
Keterampilan dasar mengajar lainnya yaitu keterampilan memberikan penguatan (reinforcement), yaitu menurut I.G.A.K Wardani dalam teori belajar, motivasi dan keterampilan mengajar (1994:83). Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan, karena “penguatan” merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian.
Penguatan dapat diberikan dalam bentuk verbal, dan nonverbal, dengan prinsip kehatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acuan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan.
c.       Keterampilan Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosonan siswa, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosonan.
d.      Keterampilan Menjelaskan
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar atau pelatihan, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Dari definisi ini dapat dipahami, bahwa keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimliki oleh para guru.
e.       Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut:
f.       Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.


g.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Mengajarkan kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks pengajaran klaksikal. Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien.
h.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara profesional. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

METODE PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Data diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, data dikumpulkan dari pengamatan terhadap pembelajaran pada mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, kemudian disusun dalam bentuk persen atau rerata. Sedangkan secara kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan hasil pernyataan kuantitatif
B.        Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di fokuskan pada 30 MTs. di empat provinsi yang ada dalam wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat yang sedang mengikuti diklat guru mata pelajaran matematika MTs. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan mengamati guru yang sedang mengajar mata pelajaran matematika pada saat micro teaching. Format yang digunakan dalam pengamatan adalah format yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang disusun sebelumnya. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pembelajaran dikelas dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung rata-rata skor peroleh setiap guru dan secara kualitatif dengan mendeskripsikan kategori-kategori terhadap pernyataan kuantitatif
C.       Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini bersifat homogen, yaitu guru yang mengajar mata pelajaran matematika Pada 300 MTs. di empat provinsi yang ada dalam wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengan, dan Sulawesi barat. Oleh karena jumlah MTs. yang terlalu banyak, maka sangat sulit dilakukan pengamatan langsung (observasi) di kelas. Oleh karena itu dilakukan sampling dengan mengambil sampel sebesar 2% dari populasi. Pengambilan sampel ini dapat diterima sesuai dengan pendapat Sugiyono, (2004), jika populasi bersifat homogen, maka sampel yang diperlukan cukup 1%. Sampling pada penelitian ini dilakukan dengan metode cluster sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian. Jumlah MTs. yang terpilih adalah 30 MTs.

D.       Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen pengamatan langsung (observasi) terhadap guru mata pelajaran matematika yang sedang mengikuti diklat guru mata pelajaran matematika MTs. melalui micro teaching. Instrumen ini disusun berdasarkan kisi-kisi yang memuat variable-variabel dilengkapi dengan indikator-indikator yang sesuai. Setiap indikator yang muncul teramati dalam proses pembelajaran diberi skor maksimal lima (5), dan indikator yang tidak muncul teramati dalam proses pembelajaran skornya nol.
E.        Teknik Pengumpulan Data
     Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di kelas terhadap guru yang sedang mengajar mata pelajaran matematika pada diklat guru mata pelajaran matematika MTs. melalui micro teaching dengan menggunakan keterampilan dasar mengajar. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik deskrpitif, yaitu menghitung rata-rata skor perolehan guru dengan menggunakan kategori  terampil, cukup terampil, dan kurang terampil
Kategori “Terampil” jika skor perolehan guru                        : (85 – 100)
Kategori” Cukup Terampil” jika skor perolehan guru             : (70 – 84)
Kategori “ Kurang Terampil” jika skor perolehan guru          :  (55 – 69)
            Dalam pengkategorian di atas berangkat dari alasan bahwa pada dasarnya tidak ada seorang gurupun yang tidak terampil mengajar, karena sebelum terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau guru telah melalui proses yang namanya Praktik Pengenalan Lapangan (PPL) pada saat duduk di bangku perkuliahan. Begitu pula sebaliknya setiap guru mempunyai sisi-sisi kelemahan pada saat melakukan proses pembelajaran karena pada dasarnya tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga pengkategorian penulis tidak memasukkan kategori tidak terampil dan sangat terampil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi terhadap guru yang mengajar mata pelajaran matematika MTs. yang sedang mengikuti diklat guru mata pelajaran matematikan MTs. dalam wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar sebanyak 30 orang yang menjadi sampel melalui micro teaching, diperoleh data indikator/sub indikator teramati di kelas. Jumlah guru yang memenuhi indikator/sub indikator yang harus muncul ditunjukkan pada tabel berikut dan dinyatakan dalam jumlah persentase
Tabel 1. Hasil Pengamatan Keterampilan Menjelaskan
NO
SUB. INDIKATOR
PERSENTASE
KETERCAPAIAN
KATEGORI
1
Membuka Pelajaran
85,00 %
T
2
Pemberian illustrasi
88,00 %
T
3
Pengorganisasian materi
88,67 %
T
4
Penekanan pada intonasi suara
85,33 %
T
5
Penekanan pada gerak, mimik, dan isyarat lain
82,67 %
CT
6
Penekanan pada gambar, dan media lain
75,33 %
CT
7
Usaha memperoleh balikan
86,67 %
T
8
Usaha penggunaan balikan
83,33 %
CT
9
Menutup Pelajaran
85,00 %
T

Jumlah
1124


Persentase
83,26 %
CT
 Keterangan:
1.      KT                   = Kurang terampil                   = (55 – 69)
2.      CT                   = Cukup Terampil                   = (70 – 84)
3.      T                      = Terampil                               = (85 – 100)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Keterampilan Bertanya
NO
SUB. INDIKATOR
PERSENTASE
KETERCAPAIAN
KATEGORI
1
Kejelasan ungkapan pertanyaan
77,33 %
CT
2
Pemberian acuan pertanyaan
78,67 %
CT
3
Pemusatan acuan pertanyaan
80,00 %
CT
4
Pengaturan giliran
78,67 %
CT
5
Cara pengajuan pertanyaan
80,00 %
CT
6
Pemberian waktu berpikir
82,00 %
CT
7
Pemberian tuntunan/pelacak
78,00 %
CT
8
Kualitas pertanyaan
74,67 %
CT
9
Keruntutan pertanyaan
81,33 %
CT
10
Pemberian tanggapan/respon
83,33 %
CT
11
Dorongan terjadinya interaksi antar siswa
78,67 %
CT

Jumlah
1310


Persentase
79,39 %
CT

Keterangan:
1.      KT                   = Kurang Terampil                  = (55 – 69)
2.      CT                   = Cukup Terampil                   = (70 – 84)
3.      T                      = Terampil                               = (85 – 100)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Keterampilan Memberi Penguatan
NO
SUB. INDIKATOR
PERSENTASE
KETERCAPAIAN
KATEGORI
1
Penguatan verbal
83,33 %
CT
2
Penguatan nonverbal
84,00 %
CT
3
Variasi penguatan
87,33 %
T
4
Keantusiasan
89,33 %
T
5
Kebermaknaan
81,33 %
CT
6
Menghindari penggunaan respons negatif
87,33 %
T

Jumlah
769


Persentase
85,44 %
T
Keterangan:
1.      KT                   = Kurang Terampil                  = (55 – 69)
2.      CT                   = Cukup Terampil                   = (70 – 84)
3.      T                      = Terampil                               = (85 – 100)



Tabel 4. Hasil Pengamatan Keterampilan Mengajar
NO
SUB. INDIKATOR
PERSENTASE
KETERCAPAIAN
KATEGORI
1
Persiapan pembelajaran
83,33 %
CT
2
Membuka pelajaran
75,33 %
CT
3
Keterampilan menjelaskan
76,67 %
CT
4
Keterampilan bertanya
68,67 %
KT
5
Keterampilan memberi penguatan
66,67 %
KT
6
Penggunaan media
68,00 %
KT
7
Usaha memotivasi siswa
70,00 %
CT
8
Pengaturan waktu
70,00 %
CT
9
Penyelenggaraan evaluasi
68,67 %
KT
10
Menutup pelajaran
78,00 %
CT

Jumlah
1089


Persentase
72,26 %
CT

Keterangan:
1.      KT                   = Kurang Terampil                  = (55 – 69)
2.      CT                   = Cukup Terampil                   = (70 – 84)
3.      T                      = Terampil                               = (85 – 100)

Tabel 5. Rekapitulasi Keterampilan Dasar Mengajar
NO
INDIKATOR
PERSENTASE
KETERCAPAIAN
KATEGORI
1
Keterampilan menjelaskan
83,26 %
CT
2
Keterampilan Bertanya
79,39 %
CT
3
Keterampilan Memberi penguatan
85,44 %
T
4
Keterampilan Mengajar
72,26 %
CT

Jumlah
769


Persentase
80,09
T
 Keterangan:
1.      KT                   = Kurang Terampil                  = (55 – 69)
2.      CT                   = Cukup Terampil                   = (70 – 84)
3.      T                      = Terampil                               = (85 – 100)

B.        Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru mata pelajaran matematika pada saat micro teaching yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2010 di kampus Balai Diklat Keagamaan Makassar terhadap 30 orang guru mata pelajaran matematika MTs, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1.         Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan yang terdiri dari beberapa sub indikator dapat dilihat pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat membuka pelajaran berada pada kategori cukup terampil (84,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru membuka pelajaran berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan pada saat membuka pelajaran dianggap cukup terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat memberikan ilustrasi berada pada kategori terampil (88,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru memberikan ilustrasi berada pada kategori terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan pada saat memberikan ilustrasi dianggap  terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pengorganisasian materi berada pada kategori terampil (88,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pengorganisasian materi berada pada kategori terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam pengorganisasian materi pelajaran dianggap terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pemberiaan penekanan pada hal intonasi suara berada pada kategori terampil (85,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pengorganisasian materi berada pada kategori terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam pengorganisasian materi pelajaran dianggap terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pemberiaan penekanan pada hal-hal gerakan, mimik atau isyarat lain berada pada kategori cukup terampil (82,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pemberiaan penekanan pada hal-hal gerakan, mimik atau isyarat lain berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam pemberiaan penekanan pada hal-hal gerakan, mimik atau isyarat lain  dianggap cukup terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pemberiaan penekanan pada hal-hal gambar dan media lain berada pada kategori cukup terampil (82,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pemberiaan penekanan pada hal-hal gambar dan media lain lain berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam pemberiaan penekanan pada hal-hal gambar dan media lain  dianggap cukup terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat memperoleh balikan berada pada kategori  terampil (86,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memperoleh balikan berada pada kategori  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam memperoleh balikan  dianggap  terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat penggunaan balikan berada pada kategori  cukup terampil (83,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penggunaan balikan berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam penggunaan balikan  dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 1. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat menutup pelajaran berada pada kategori  cukup terampil (84,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menutup pelajaran berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menjelaskan dalam menutup pelajaran  dianggap  cukup terampil.
2.      Keterampilan bertanya
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat menyampaikan ungkapan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (73,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menyampaikan kejelasan ungkapan pertanyaan  berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru menyampaikan kejelasan ungkapan pertanyaan  dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pemberian acuan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (78,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian acuan pertanyaan  berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pemberian acuan pertanyaan  dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pemusatan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (80,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemusatan pertanyaan  berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pemusatan pertanyaan  dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran pada saat pengaturan giliran berada pada kategori  cukup terampil (78,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pengaturan giliran  berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam pengaturan giliran dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal cara pengajuan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (80,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal cara pengajuan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal cara pengajuan pertanyaan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal pemberian waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (82,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal pemberian tuntunan/pelacak berada pada kategori  cukup terampil (78,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian tuntunan/pelacak berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian tuntunan/pelacak dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal kualitas/tingkatan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (74,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal kualitas/tingkatan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal kualitas/tingkatan pertanyaan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal keruntutan pertanyaan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil (81,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keruntutan pertanyaan berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keruntutan pertanyaan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal pemberian tanggapan/respons berada pada kategori  cukup terampil (83,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian tanggapan/respons berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pemberian tanggapan/respons dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 2. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal memberikan dorongan terjadinya interaksi antara siswa berada pada kategori  cukup terampil (78,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan dorongan terjadinya interaksi antara siswa berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan dorongan terjadinya interaksi antara siswa dianggap  cukup terampil.
3.      Keterampilan Memberi Penguatan
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal memberikan penguatan verbal berada pada kategori  cukup terampil (83,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan penguatan verbal berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan penguatan verbal dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal memberikan penguatan nonverbal berada pada kategori  cukup terampil (84,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan penguatan nonverbal berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan penguatan nonverbal dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal memberikan variasi penguatan berada pada kategori  terampil (87,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal memberikan variasi penguatan berada pada kategori  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal variasi penguatan dianggap  terampil.
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal keantusiasan berada pada kategori  terampil (89,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keantusiasan berada pada kategori  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keantusiasan dianggap  terampil.
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal kebermaknaan berada pada kategori cukup terampil (81,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal kebermaknaab berada pada kategori cukup  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keantusiasan dianggap cukup  terampil.
Pada tabel 3. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal menghindari penggunaan respons negatif berada pada kategori  terampil (87,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penggunaan respons negatif berada pada kategori  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penggunaan respons negatif dianggap  terampil.
4.      Keterampilan Mengajar
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal persiapan pembelajaran berada pada kategori  cukup terampil (87,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal persiapan pembelajaran berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal persiapan pembelajaran dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal membuka pembelajaran berada pada kategori  cukup terampil (87,33 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal membuka pembelajaran berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal membuka pembelajaran dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal keterampilan menjelaskan berada pada kategori  cukup terampil (76,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan menjelaskan berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan menjelaskan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal keterampilan bertanya berada pada kategori  kurang terampil (68,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan bertanya berada pada kategori kurang terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan bertanya dianggap  kurang terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal keterampilan member penguatan berada pada kategori  kurang terampil (66,67 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan memberi penguatan berada pada kategori kurang terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan memberi penguatan dianggap  kurang terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal penggunaan media berada pada kategori  kurang terampil (68,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penggunaan media berada pada kategori kurang terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penggunaan media dianggap  kurang terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal usaha memotivasi siswa berada pada kategori  cukup terampil (70,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal usaha memotivasi siswa berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal usaha memotivasi siswa dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal pengaturan waktu berada pada kategori  cukup terampil (70,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pengaturan waktu berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal pengaturan waktu dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal penyelenggaraan evaluasi berada pada kategori  kurang terampil (68,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penyelenggaraan evaluasi berada pada kategori kurang terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal penyelenggaraan evaluasi dianggap  kurang terampil.
Pada tabel 4. Guru menjelaskan materi pelajaran dalam hal menutup pelajaran berada pada kategori  cukup terampil (78,00 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menutup pelajaran berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menutup pelajaran dianggap  cukup terampil.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan keempat jenis observasi dapat dilihat pada tabel 5. Pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan menjelaskan guru mata pelajaran matematika MTs berada pada kategori cukup terampil (83,26 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan menjelaskan berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan menjelaskan dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan bertanya guru mata pelajaran matematika MTs berada pada kategori cukup terampil (79,39 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan bertanya berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan bertanya dianggap  cukup terampil.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan memberi penguatan guru mata pelajaran matematika MTs berada pada kategori  terampil (85,44 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan memberi penguatan berada pada kategori  terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan memberi penguatan dianggap   terampil.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan mengajar guru mata pelajaran matematika MTs berada pada kategori cukup terampil (72,26 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan mengajar berada pada kategori  cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal keterampilan mengajar dianggap cukup  terampil.
C.       Perolehan Skor Responden
Berdasarkan hasil analisis data observasi terhadap guru mata pelajaran matematika MTs pada saat micro teaching di Kampus Balai Diklat Keagamaan Makassar, rata-rata skor perolehan guru dengan menggunakan kategori terampil, cukup terampil, dan kurang terampil adalah sebagai berikut:
1.         Kategori kurang Terampil (55 – 69). Jumlah responden yang memperoleh skor antara 55 – 69, sebanyak 4 orang responden, dengan skor rata-rata perolehan 1 orang responden adalah 62,94, dan berada pada kategori kurang terampil
2.         responden Kategori Cukup Terampil (70 – 84). Jumlah responden yang memperoleh skor antara 70 – 84, sebanyak 19 orang, dengan skor rata-rata perolehan 1 orang responden adalah 79,54, dan berada pada kategori cukup terampil
3.         Kategori  Terampil (85 – 100). Jumlah responden yang memperoleh skor antara 85 – 100, sebanyak 7 orang responden, dengan skor rata-rata perolehan 1 orang responden adalah 88,57, dan berada pada kategori  terampil
   Berdasarkan temuan dari ketiga kategori hasil pengamatan (observasi) yang dilaksanakan pada saat micro teaching terhadap peserta diklat guru mata pelajaran matematika MTs dalam wilayah kerja balai diklat Keagamaan Makassar menunjukkan bahwa keterampilan dasar mengajar berada pada kategori cukup terampil (80,09 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menerapkan keterampilan dasar mengajar berada pada kategori cukup terampil. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menerapkan keterampilan dasar mengajar dianggap cukup terampil.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif, maka ada delapan keterampilan dasar mengajar yang wajib dikuasai oleh seorang guru untuk menuju guru yang profesional, yaitu:
(1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan member penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
(6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan
(8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV dan pengamatan (observasi) yang dilaksanakan pada saat micro teaching terhadap peserta diklat guru mata pelajaran matematika MTs dalam wilayah kerja Balai Diklat Keagamaan Makassar menunjukkan bahwa penerapan keterampilan dasar mengajar guru mata pelajaran matematika MTs. berada pada kategori cukup terampil (80,09 %). Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan guru dalam hal menerapkan keterampilan dasar mengajar berada pada kategori cukup terampil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan guru mata pelajaran matematika MTs dalam hal menerapkan keterampilan dasar mengajar dianggap cukup terampil.
B.        Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) perlu dilaksanakan diklat tingkat lanjutan untuk guru mata pelajaran matematika MTs. bagi guru yang kurang terampil atau yang berada pada kategori kurang terampil, (2) perlu dilakukan pemberdayaan kelompok kerja dalam bentuk workshop untuk mengkaji lebih mendalam penerapan keterampilan dasar mengajar bagi guru yang cukup terampil atau yang berada pada kategori cukup terampil, (3) perlu dilakukan pemberdayaan alumni diklat bagi guru yang terampil atau yang berada pada kategori terampil sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), agar supaya ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh melalui diklat dapat diaplikasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Erman Suherman dan Udin. S Winataputra. (1994). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Modul UT 1-9 Jakarta.
Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Marsigit. (1998) Praktek Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah dalam Reformasi Pendidikan. Makalah Seminar di FPMIPA IKIP Yogyakarta, Tanggal 5 September 1998.
Mulyasa, E, (2008). Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Riduwan. (2009). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: CV.  ALFABETA
Ruseffendi, E. T. (19980). Pengajaran Matematika Modern, Seri 4. Bandung: Tarsito
Skemp, R.R . (1975). Relational Understanding and instrumentalal Understanding, in Matematics Teaching.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung,
CV. ALFABETA
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)